Yang sering terlupa

Friday, March 29, 2019

Yang sering terlupa


Hits banget diomongin dimana-mana "3 kata yang sering terlupa: tolong, maaf dan terima kasih"

Ditengah segala kehirukpikukan kerjaan yang menuntut pantang pulang sebelum petang, tiba-tiba muncul ide buat nulis ini. Ya karena kerjaan juga sih.

Ya, ngucapinnya susah-susah gampang. Lain cerita ketika sudah jadi kebiasaan yang tumbuh jadi kebutuhan. Tapi dewasa ini agaknya tiga kata itu mengalami degradasi makna. Jadi ringan sekali. Rasanya itu bukan hanya kata, tapi sarat makna.

Tolong
Entah kenapa orang yang minta tolong kadang jadi ga tau diri kalo dia posisinya minta tolong. Pemahaman cetek aku nangkepnya tolong itu sifatnya membantu, tanggung jawab penuh tetap berada pada tangan yang minta tolong. Kadang jadi lepas tanggung jawab dan "njagake". Beda jika "dipekerjakan"
Tapi ketemu orang yang kaya gitu membuat kita belajar ikhlas walaupun "ditindas".
Jangan lupa satu hal: ngaca, Nur. Jangan menghardik orang yg semena-mena minta tolong, kamu bisa aja diposisi mereka dan ga sadar.

Maaf
Kata ini jadi semakin murah saja ketika melihat public figure mengulangi kesalahan yang sama setelah meminta maaf. Pun, ga usah jauh-jauh: diri sendiri. Maaf terus, tapi melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya.
Dengerin tuh, Nur.
Tapi anehnya, sulit juga memaafkan & berdamai dengan diri sendiri. Dan ujung-ujungnya berakibat sampai kurang bersyukur dengan apa yang dipunyai. Ckckck.

Terima kasih
Orang ga tau terima kasih. Sering terjadi di kota-kota besar. Eh ga ding semua daerah. Kacang lupa kulit. Ku akui, berterima kasih itu paliiiiing sulit. Aku sedang mempelajari ini secara mendalam. Doakan ya. Metode yang aku gunakan dimulai dari bagaimana cara aku berterima kasih kepada orang yang sudi menerima & menyayangi aku dan orang-orang yang bersedia membantu aku. Meluangkan waktu bersama dan membalas kebaikan dengan mengungkapkan rasa terima kasih dengan tindakan & perhatian. Walau kadang aku suka kehilangan arah gimana tindakannya. Misal ingat temen/keluarga juga butuh ketika membeli barang. "Oh si doi suka ini, beliin aah" Atau "materiil" pada kasus yang memang pantas dan tidak merendahkan untuk diberi. Yaa walaupun dompetku belum pernah tebal, berbagi bikin lebih bahagia kok. Percayalah. Aku sedang yakin bahwa hemat tu ga pangkal kaya. Karena hemat beda tipis sama pelit. Hahaha. Tapi tetap, menabung & investasi itu perlu.

Huff...
Ringan dibibir, susah ditindakan
Makanya aku paling salut dan kagum pada orang yang "sumbut karo omongane" alias apa yang dikatakan berbanding lurus dengan tindakan.

Semoga pelajaran sulit 1000 sks ini bisa kulalui dengan hasil predikat yang baik, aamiin :)

With love,
Menur